Cari

Jumat, 11 Oktober 2013

Cafe Sufi dengan Menu Ma'rifat

Menu-menu Istimewa di Cafe Sufi yang akan
memberikan cita rasa mengenal diri dan
mengenal Allah. Silakan santap dan nikmati.
Menu Mengenal Diri
Di Cafe Sufi, sudah banyak orang berduyun-
duyun dengan wajah-wajah beragama, dari
mereka yang stress sampai mereka yang
kelihatan sumringah, menanti menu apa yang
bakal disuguhkan hari ini.
Rupanya di gerbang Cafe itu, terpambang
“Menu Istemewa hari ini”. Mereka berkemrumun
mebacanya, ingin segera berebut hidangannya.
Siapa pun dari mereka merasa belum kenal
dirinya sendiri, lalu mereka segera memesan
“Menu Mengenal Diri “.
Sajiannya adalah sejumlah menu yang
disiapkan dengan bumu-bumbu yang beraroma
ma’rifatullah. Karenaa Allah Swt, menjadikan
sebab kema’rifatan hamba kepada Tuhannya,
melalui pengenalan hamba pada dirinya,
“Siapa yang mengenal dirinya maka ia
mengenal Tuhannya.”
Maknanya, bumbunya disiapkan oleh kokinya:
Sang koki mengajak sebelum mencicipi masakan
ma’rifat ini, agar mereka mengenal dirinya
dengan wujud kehambaannya, karena dengan
demikian maka ia mengenal Tuhannya dengan
RububiyahNya.
Siapa mengenal dirinya dengan fananya, maka
dia mengenal Tuhannya dengan Baqa’Nya.
Siapa yang mengenal dirinya dengan kehampaan
dan serba salahlnya, maka ia mengenal
Tuhannya dengan keselarasan dan anugerahNya.
Siapa mengenal dirinya dengan rasa butuhnya,
maka dia mengenal Tuhannya dengan menegakkan
rasa sangat terdesak untuk menuju hanya
kepada dan bagi Allah.
Setelah itu mereka diajak secara berjama’ah
untuk mengenal dirinya hanya bagi Tuhannya,
maka sedikit sekali kebutuhan kepada selain
Allah.
“Apakah masih ada menu tambahan?” Tanya
seorang pelanggan.
“Menu ini, dengan bumbu-bumbunya sudah cukup
bagi anda. Bagaimana anda merasa kurang
ketika belum mulai memasaknya?” kata koki.
Menu Mengenal Allah
Setelah mereka memasak secara bersamaan menu
mengenal diri, mereka pun merasakan dan
memakannya dengan kondisi ruhani mereka
masing-masing. Semakin banyak memakan sajian
itu semakin lapar jiwanya, semakin dahaga
batinnya, semakin ingin dan ingin menabah
lagi. Sang koki memberikan arahan agar
menuju bilik “Ma’rifatullah”.
Bumbunya disiapkan dengan olahan hidayah
dariNya. Ditambah dengan cara mengolahnya
penuh semangat menegakkan hak-hak
RububiyahNya, lalu dirasakan dengan
tasyakkur atas balasanNya.
Sebelum memulai, mereka harus bersama-sama
melihat dirinya yang fana penuh kehambaan,
lalu mulai dengan raihan:
Siapa mengenal Allah melalui hidayah, maka
ia pasti menyerahkan sepenuhnya kepadaNya.
Siapa mengenal Allah melalui RububiyahNya,
ia tegak dengan prasyarat Ubudiyah
kepadaNya.
Siapa mengenal Allah melalui balasanNya,
maka terjadilah rasa mohon pertolongan
padaNya.
mengenal Allah melalui kecukupan dariNya,
maka ia tidak butuh kepada selain DiriNya
Mereka semakin fana’ ketika mencicipinya,
bahkan semakin Baqa’ dalam Baqa’Nya, semakin
baqa’ malah semakin fana’. Wallahu A’lam,
masing-masing merasakan sesuai dengan
kesiapan jiwanya.
Menu yang dihindari dalam Mengenal Allah
Usai menikmati menu ma’rifatullah, mereka
pulang ke wilayah ruhani masing-masing. Tapi
dari manajemen Cafe Sufi memberikan cendera
qalbu yang sangat istemewa agar mereka tetap
teguh dan istiqomah.
Mereka dapatkan oleh-oleh menu yang tak
kalah istemewanya. Karena banyak bumbu yang
luar biasa dalam meningkatkan gairah ruhani,
dan hal-hal yang harus benar-benar
dihindari.
Misalnya, menu ini harus dihindarkan dari
campur aduk kepentingan selain Allah azza
wa-Jalla, dihindarkan dari kepuasan pada
selain Allah Swt, dan dihindarkan dari sisa-
sisa kemakhlukan dalam hatinya.
Lalu tertuilislah dalam kenang-kenangan itu:
Siapa yang mengenal Allah, sedang dalam
qalbunya ada hasrat selain Allah, berarti
tak pernah sujud yang sejati kepada Allah.
Siapa yang mengenal Allah, sedang ia tidak
merasa cukup bersama Allah, maka Allah tidak
pernah mencukupinya.
Siapa yang berkata, “Allah” namun dalam
hatinya masih tersisa selain Allah,
sesungguhnya ia tidak pernah berkata
“Allah”.
Memang, siapa yang takut kepada Allah dalam
segala hal, maka Allah memberikan rasa aman
dari ancaman segala hal.
Siapa yang bahagia dengan Tuhannya, maka
segala hal selain diriNya tak membuatnya
gentar.
Siapa yang mencari kemuliaan kepada Yang
Empunya Sifat Mulia, maka ia pun jadi mulia.
Siapa yang mencari kemuliaan selain DiriNya,
maka tak ada kebanggaan dan tak ada
kemuliaan yang didapatinya.
Siapa yang putus dari sebab akibat dunia
yang bisa menyibukkan dari Allah Swt, maka
ia akan bertemu dengan segala kesibukan yang
menyambungkan dirinya pada Allah Swt.
Siapa yang meninggalkan ikatan
ketergantungan pada makhluk, ia akan bahagia
dalam seluruh waktunya.
Siapa yang merasakan manisnya dzikir pada
Tuhannya, ia akan bosan mengingat selain
Allah.
Siapa yang menyembunyikan rahasia hatinya,
akan muncul rahasia-rahasia tersembunyi
padanya.
Siapa yang menjadikan hasratnya adalah Satu
hasrat kepadaNya, maka Allah mencukupi
seluruh hasratnya.
Siapa yang mencari ridlo Tuhannya, ia tak
akan pernah peduli dengan kebencian selain
Allah.
Siapa yang merasa cukup puas dengan maqom
(posisi ruhani)nya, ia malah terhijab dari
apa yang di depannya (maqom lebih tinggi).
Siapa yang dekat kepada Allah, maka segala
hal selain Allah terasa asing.
Siapa yang menghendaki kemuliaan dunia
akhirat, hendaknya ia memutuskan diri hanya
kepada Sang Pemilik dunia akhirat.
Siapa yang meninggalkan kebaikan menjaga
diri, ia akan terpleset dari jalan hidayah.
Siapa yang hendak minum dari Cinta Allah
satu tegukan, hendaknya ia juga minum dengan
memuntahkan segala hal selain Allah.
Siapa yang mesra bahagia dengan selain
Allah, segalanya membuatnya jadi gentar.
Siapa yang hatinya tenteram pada selain
Allah, maka ia tak dapat apa pun dari Allah
Swt.
Wuuih, betapa bahagianya mereka pulang ke
wilayah semesta dengan oleh-oleh itu.
Subhanallah!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar